Para pedagang wanita yang berperahu menjual hasil produksinya sendiri atau tetangganya disebut dukuh, sedangkan tangan kedua yang membeli dari para dukuh untuk dijual kembali disebut panyambangan. Keistemewaan pasar ini adalah masih sering terjadi transaksi barter antar para pedagang berperahu, yang dalam bahasa Banjar disebut bapanduk.
Kini pasar terapung Kuin dipastikan menyusul punah berganti dengan pasar darat. Banyak wisatawan yang berkunjung ke Kuin harus menelan kekecewaan karena tidak menjumpai adanya geliat eksotisme pasar di atas air.
Kepunahan pasar tradisional di daerah "seribu sungai" ini dipicu oleh kemaruk budaya darat serta ditunjang dengan pembangunan daerah yang selalu berorientasi kedaratan. Jalur-jalur sungai dan kanal musnah tergantikan dengan kemudahan jalan darat. Masyarakat yang dulu banyak memiliki jukung, sekarang telah bangga memiliki sepeda motor atau mobil.
Pulau Kembang merupakan habitat bagi kera ekor panjang (monyet) dan beberapa jenis burung. Kawasan pulau Kembang juga merupakan salah satu obyek wisata yang berada di dalam kawasan hutan di Kabupaten Barito Kuala.
Di dalam kawasan hutan wisata ini terdapat altar yang diperuntukkan sebagai tempat meletakkan sesaji bagi " penjaga" pulau Kembang yang dilambangkan dengan dua buah arca berwujud kera berwarna putih (Hanoman), oleh masyarakatdari etnis Tionghoa-Indonesia yang mempunyai kaul atau nazar tertentu. Seekor kambingjantan yang tanduknya dilapisi emas biasanya dilepaskan ke dalam hutan pulau Kembang apabila sebuah permohonan berhasil atau terkabul.
4. Loksado
Loksado adalah sebuah kecamatan di kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, Indonesia. Loksado terletak di Pegunungan meratus yang juga merupakan temapt wisata dan atraksi budaya masyarakat Dayak Bukit.
Objek wisata di kawasan Loksado adalah sebagai berikut :
Air Terjun Haratai
Air Terjun Riam Hanai
Air Terjun Kilat Api
Air Terjun Rampah Menjangan
Air Terjun Rampah Lambin
Air Terjun Rampah Jelatang
Air Terjun Pemandian Anggang
Air Terjun Tinggiran Hayam
Pemandian Air Panas Tanuhi
Dayak Loksado
43 Balai (rumah adat)
Gunung Kentawan
Balanting Paring (Bamboo Rafting)
Dan lain-lain.
5. Masjid Raya Sabilal Muhtadin
Masjid ini terletak di tengah Kota Banjarmasin. Nama ”Sabilal Muhtadin” merupakan nama penghargaan terhadap ulama besar Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary (1710-1812) yang selama hidupnya memperdalam dan mengembangkan Islam di Kerajaan Banjar.
Masjid Raya Sabilal Muhtadin dibangun di atas tanah seluas 100.000 meter persegi. Posisi mesjid sekarang, pada zaman penjajahan Belanda dikenal dengan Fort Tatas atau Benteng Tatas,
Masjid ini adalah Masjid terbesar di Kota Banjarmasin yang juga menjadi kebanggaan warga kota ini. Bangunan masjid mulai dinding, lantai, menara dan turap plaza, keseluruhannya berlapiskan marmer. Secara total masjid terbesar se-Kalimantan ini mampu menampung 15.000 jamaah. Di bagian dalam bangunan sebanyak 7.500 dan di halaman 7.500.
Masjid Raya Sabilal Muhtadin sering sekali menjadi pusat peringatan hari-hari besar Umat Islam seperti : Shalat Idul Fitri dan Idul Adha, Peringatan Isra Mi’raj, Peringatan Maulid Nabi, Peringatan Khataman Al – Qur’an dan lain lain. Di Komplek Mesjid ini juga dilengkapi dengan Sekolah Islam Sabilal Muhtadin.
Masjid Raya Sabilal Muhtadin yang mempunyai bentuk yang unik dengan kubahnya yang khas, sangat cocok untuk anda kunjungi ketika berkunjung ke Banjarmasin karena di komplek Mesjid ini juga terdapat Hutan Kota serta tidak jauh dari Taman Maskot dan Siring Sungai Martapura.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar